Elemen Laporan Keuangan
Transaksi
dicatat ke akun-akun, sesuai dengan definisi elemennya. Elemen laporan keuangan
dipisah menjadi 2. Elemen yang menunjukkan posisi keuangan (ada di laporan
neraca), dan elemen yang menunjukkan kinerja (ada di laporan laba rugi).
Laporan
Posisi Keuangan (Neraca)
-
Aset
Aset adalah
sumber daya ekonomi yang dikuasai entitas sebagai hasil dari transaksi di masa
lalu, dan memiliki manfaat ekonomik di masa depan. Dari definisi ini dapat
ditarik beberapa poin penting elemen aset :
a. Sumber daya
ekonomi: Artinya, segala sumber daya ekonomi yang dapat dimanfaatkan oleh
entitas merupakan aset. Sumber daya ini tidak hanya yang berwujud namun juga
takberwujud. Contohnya:
§
Berwujud: Gedung, Kas, Persediaan, Bahan Habis Pakai,
Investasi (jika entitas membeli surat2 berharga/aset keuangan).
§
Takberwujud: Lisensi yang dibeli, Paten yang dibeli,
Hak Cipta yang dibeli, franchise yang dibeli-dapat digunakan untuk menghasilkan
pendapatan.
§
Dikuasai entitas: Artinya, suatu aset hanya cukup
dikuasai secara substansi ekonomi, tidak harus dimiliki secara hukum (berdasar
prinsipsubstance over form – substansi ekonomi mengungguli bentuk
hukum). Contoh: Perusahaan X memiliki mobil secara hukum, tetapi mobil ini
disewakan ke PT Y selama umur ekonomiknya (mobil depresiasi 5 tahun, disewa 4
tahun). Jadi, yang mencatat aset (aset sewa) adalah PT.Y.
b. Sebagai
hasil dari transaksi di masa lalu: Aset dikuasai entitas karena berasal dari
transaksi di masa lalu. Sebagai contoh: didapat dari pembelian (gedung, mobil,
persediaan, lisensi, paten), dari penjualan (kas, piutang), didapat dari transaksi
pemberian (hibah).
c. Memiliki
manfaat ekonomik di masa depan: Manfaat ekonomik ini artinya dapat menghasilkan
aliran masuk kas di masa depan (baik langsung maupun tak langsung). Contoh:
piutang (nanti kalau sudah dibayar akan menghasilkan kas), gedung (jika
digunakan untuk kegiatan administratif atau operasi akan menghasilkan aliran
masuk kas). Kas (jika dimanfaatkan untuk membeli persediaan atau hal-hal lain,
dapat menghasilkan aliran masuk kas secara tidak langsung).
Pada umumnya
di Indonesia, aset disajikan di Laporan Posisi Keuangan berdasar urutan
kelancarannya. Walaupun hal ini bukan merupakan aturan yang wajib. Kelancaran
ini dilihat dari seberapa mudah aset dikonversi menjadi kas/setara kas. Aset
lancar adalah aset yang dikuasai entitas sampai satu periode pelaporan (1 tahun
kurang), contoh: kas (perputaran uang sangat cepat, bisa jadi harian), piutang
jangka pendek (piutang yang jangka pelunasannya sampai 1 tahun), persediaan
(perputaran persediaan barang dagangan juga cepat). Aset tidak lancar adalah
aset yang dikuasai entitas sampai lebih dari satu periode pelaporan (lebih dari
satu tahun). Aset tidak lancar dibedakan menjadi berwujud dan takberwujud.
Berwujud contohnya gedung (dikuasai lebih dari satu tahun), mobil. Takberwujud
contohnya lisensi, hak cipta, paten.
-
Liabilitas
Liabilitas
adalah kewajiban masa kini entitas yang muncul dari kejadian di masa lalu yang
akan mengakibatkan aliran keluar manfaat ekonomik di masa depan. Dari definisi
ini dapat ditarik beberapa poin penting elemen liabilitas yaitu:
§ Kewajiban
masa kini: Artinya, liabilitas itu merupakan kewajiban yang ada saat ini, untuk
dilunasi di masa mendatang (pada saatnya, atau pada saat jatuh temponya).
Contoh: utang usaha (sekarang kita punya kewajiban untuk melunasinya di masa
depan).
§ Muncul dari
kejadian di masa lalu: artinya, kewajiban ini muncul karena kejadian transaksi
di masa lalu. Misalnya, membeli mobil kredit (berarti sekarang kita punya utang
untuk melunasi pembelian mobil).
§ Mengakibatkan
aliran keluar manfaat ekonomi di masa depan: artinya, kewajiban ini harus
dilunasi di masa mendatang, menggunakan sumber daya ekonomik yang dimiliki.
Misalnya, pelunasan kredit mobil menggunakan kas, pelunasan utang bank dengan
penyerahan gedung (misalnya tidak punya uang).
§ Bisa jadi,
pada saat pelunasan, entitas tidak memiliki cukup dana atau aset lain yang bisa
digunakan untuk melunasi. Dalam hal ini, entitas bisa melakukan penukaran
kewajiban dengan ekuitas. Caranya dengan mengkonversi utang menjadi saham.
(tadinya utang ke kreditor, diubah jadi utang ke pemilik). Contoh ini terjadi
pada perusahaan aviasi Mandala tahun 2011.
-
Ekuitas
Ekuitas
adalah hak residual pemilik atas aset entitas (atau disebut aset bersih).
Penjelasannya melalui persamaan akuntansi: Aset = Liabilitas + Ekuitas.
Liabilitas dipindah ke ruas kiri, maka Aset – Liabilitas = Ekuitas.
Aset yang
sudah dikurangi dengan kewajiban-kewajiban ke kreditor menghasilkan aset
bersih. Ibaratnya, kewajiban ke kreditor dilunasi dengan aset, sisanya adalah
aset bersihnya. Aset bersih ini = ekuitas.
Dalam
persamaan akuntansi, terlihat bahwa ekuitas yang merupakan hak pemilik atas
aset ini urutannya setelah liabilitas (aset = liabilitas + ekuitas). Artinya,
hak pemilik atas aset ini harus setelah dikurangi pengembalian ke kreditor.
Sehingga ekuitas adalah hak residual pemilik atas aset.
Dari sisi
perusahaan, terdapat perbedaan antara kewajiban ke kreditor (liabilitas), dan
kewajiban ke pemilik (ekuitas). Kewajiban ke kreditor, pokok pinjamannya akan
dilunasi. Sehingga, pada saat pelunasan utang akan habis. Sedangkan kewajiban
ke pemilik, pokok pinjamannya (modal) tidak akan hilang, karena setoran
pinjaman dari pemilik ini menunjukkan porsi kepemilikan. Pemilik meminjami
perusahaan yang baru berdiri dengan uangnya. Pinajaman ini adalah modal yang
diserahkan pemilik. Nanti, perusahaan akan mengembalikan ke pemilik dalam
bentuk pengembalian ke pemilik (untuk PT dalam bentuk dividen, untuk perusahaan
perorangan dalam bentuk prive).
Ketika
perusahaan mengembalikan ke pemilik, tentu saja porsi setoran pemilik dalam
ekuitas jangan sampai berkurang. Misalnya, setor sejumlah Rp10.000, maka jika
pemilik ingin mendapat hasil Rp1000, jangan sampai Rp1.000 ini mengambil dari
Rp10.000 yang disetorkan. Rp1.000 ini harusnya diambilkan dari saldo laba
(laba/rugi dari laporan laba rugi yang sudah masuk di ekuitas). Jadi, misalnya
setor Rp10.000, perusahaan selama tahun berjalan menghasilkan saldo laba
Rp5.000, maka jika pemilik ingin mendapat pengembalian dari pinjamannya,
pengembalian ini diambilkan dari saldo laba Rp5.000. Konsep ini disebut sebagai
konsep pemeliharaan modal (capital maintenance). Artinya, perusahaan
harus dapat memelihara modal yang disetorkan oleh pemilik. Pemeliharaan modal
ini dalam bentuk fisik (physical capital maintenance) atau keuangan (financial
capital maintenance). Perbedaannya dari cara melihatnya.
Pemeliharaan
fisik adalah, jika di awal pemilik menyetorkan ke perusahaan kemampuan untuk
menghasilkan barang sejumlah 10.000, maka jika pemilik mau menikmati hasil
setorannya, maka pengambilan ini jangan sampai mengurangi kemampuan perusahaan
untuk menghasilkan barang 10.000.
Pemeliharaan
keuangan adalah, jika di awla pemilik menyetorkan ke perusahaan Rp10.000, maka
jika pemilik mau menikmati hasil setorannya, maka pengambilan ini jangan sampai
mengurangi setoran keuangan Rp10.000. Penghitungan ekuitas dalam laporan
perubahan ekuitas adalah sebagai berikut:
Ekuitas Awal
(dari periode sebelumnya) + Setoran Modal Tambahan (jika pemilik menambah
setoran) – Pengembalian ke Pemilik (dividen atau prive) + Saldo Laba (dari laba
rugi).
Dari
perhitungan dalam perubahan ekuitas, dapat disimpulkan bahwa ekuitas tidak sama
dengan modal. Walaupun dalam persamaan dasar, ekuitas = modal (capital).
Namun setelah entitas berkinerja, ekuitas = modal + saldo laba.
No comments:
Post a Comment